.

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

selamat datang.........

semoga Allah selalu memudahakn jalan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh

mungkin ini adalah saya

Foto saya
asalamu'alaikum wr.wb, dalam naungan Ridho Illahi semoga hidup penuh kedamaian walau didahului oleh permusuhan.. salam ukhuwah islamiyah

Lukisan untukku



Hujan. Andaikan ia datang lagi membasahi kusamnya jendela ini. Namun hujan kini sepertinya enggan kembali menyapa. Meninggalkanku dalam kesendirian. Digantikan oleh teriknya matahari yang menyengat, membuatku tak betah bila berlama-lama di luar rumah, ingin segera masuk ke kamar saja mendekat kipas angin. Hujan tak bersalah, hanya saja karena ia aku tak bisa lagi memandangi wajah ayu bidadariku yang suka melukis kala hujan tiba.
Musim ini sungguh membuatku gusar. Sudah hampir dua minggu aku sama sekali tak pernah melihat gadis itu di teras rumahnya, walaupun rumahnya hanya berada di depan rumahku. Dia gadis China bermata sipit berkulit putih. Tak ayal pula bila banyak lelaki termasuk aku mencoba mendekatinya, walau harus pergi ke rumahnya. Aku sering termangu di dekat jendela berharap  dia akan muncul lagi dengan melukis di atas kanvasnya.
Malam ini udara panas sekali. Jendela yang biasanya tidak kubuka sekarang kubiarkan dari pagi tadi terbuka. Angin malam masuk menyegarkan tubuhku. Aku memandangi keadaan taman di depan rumahku. Bunga-bunga sudah tampak tak segar dari biasanya, karena Pak Tarno tukang kebunku sudah pulang ke kampung halamannya karena anaknya sakit parah.
Ya. Ada yang mengejutkanku. Sosok gadis dambaanku itu melukis lagi di atas kanvasnya. Aku terus memperhatikannya hingga dia selesai melukis. Tengah malam tiba, dia merapikan alat-alat lukisnya. Dia bergegas masuk sambil melambaikan tangannya kepadaku. Sesungging senyum dia berikan padaku. Betapa indah malam ini bagiku. Namun entah, aku jadi bingung. Rasanya aku ingin sekali mencapai kesana, menemaninya melukis. Aku semakin penasaran, sebenarnya apa yang dia lukis? Apakah hanya sebuah titik-titik air kala hujan? Ataukah awan berkabut malam? Rasanya ingin sekali kaki ini menjangkau kesana. Kututup jendelaku rapat-rapat. Sudah kenyang dengan angin malam ini.
Esok hari, betapa aku terkejut bukan kepalang, gadis yang selama ini aku perhatikan datang ke rumahku menghampiriku dengan menyerahkan lukisannya. Lukisannya tentang aku yang sering memperhatikannya saat hujan kemarin.

drama monolog untuk lelaki berjas hitam


Untuk Lelaki Berjas Hitam
Rasanya hari ini ingin tidur saja. sudah terlalu capek badanku memunguti sampah-sampah berserakan disana. Paling-paling daun-daun kering itu terbang lagi kesana-kemari. Hmmm, capek sendiri kalau aku membayangkannya. Tapi kalaupun aku mengerjakannya, itu pasti lebih melelahkan. Ya sudahlah. Oh ya, apa aku hari ini pergi ke jalanan saja? membersihkan jalanan itu? Tapi hari ini aku malas sekali. Boro-boro untuk pergi ke jalanan itu, untuk mandi saja aku malas bukan main. Apalagi, uuuggghhh, bau sekali badanku ini. Biar saja lah.
Aku masih ingat saat aku menyapu pinggiran jalan itu. Aku bertemu dengan seorang lelaki kaya raya. Parfumnya dari kejauhan sudah bisa kucium. Harum sekali baunya. Saat dia mendekat ke arahku, aku mencoba untuk menyapanya. Karena pertama kali aku melihatnya dari kejauhanpun, aku sudah jatuh hati padanya. Saat aku menyapanya hanya acuh yang dia berikan. Tapi bodohnya aku saat itu, aku mengikuti langkah lelaki itu. Lalu lelaki itu menoleh kepadaku. Sedikit mengernyitkan hidungnya. Ah, aku baru tahu kalau saat itu aku belum mandi. Memang sudah hampir seminggu ini aku tak mandi. Rasanya badanku sudah panas dingin sendiri. Entahlah.
Aku ingat sekali apa yang diucapkannya saat aku mendekati lelaki berjas hitam itu.
“Hey, kau tukang sapu. Kenapa dari tadi mengikutiku? Sana pergi! Bau sekali badanmu itu!”
Begitulah dia membentakku. Hingga akhirnya aku kembali menyapu lagi. Hmm, betapa sedihnya hatiku saat itu. Tapi mungkin aku patut dikatakan seperti itu. Karena memang keadaanku adanya seperti itu. Tapi membersihkan jalanan itu kan tugasku? Aku mau makan apa kalau saja aku tidak menyapu jalanan itu? Kalau aku kembali menyapu jalanan itu, aku takut. Takut kalau saja aku bertemu dengan lelaki berjas hitam itu, lalu  dia mencaci makiku lagi? Oh tuhan, apa yang harus kulakukan?
Apa sebaiknya aku segera mandi saja? tapi sumur di belakang air sudah tak mengalir lagi? Atau aku numpang mandi di sumurnya mbok Darmi saja? tapi bagaimana dengan badanku? Badanku panas dingin. Aku sakit. Pusing rasanya kalau nanti aku harus berjemur di bawah terik matahari. Ah biarkan saja lah. Yang penting aku bisa makan.
Ya, aku akan numpang mandi di sumurnya mbok Darmi. Aku akan kesana. Sampah-sampah kering, tunggu aku, jangan pada terbang dulu. Aku akan segera memunguti kalian.
Rasanya segar sekali tubuh ini. Lebih bergairah dari biasanya. Maklum sudah hampir seminggu tidak mandi. Dan andaikan aku bertemu dengan lelaki berjas hitam itu lagi, aku akan mengatakan kepadanya kalau aku sudah mandi. Ya, aku sudah mandi. Biarpun aku hanya seorang tukang sapu jalanan, tapi aku tetap wanita yang ingin dicintai. Aku akan mempertebal bedak dan lipstikku agar lelaki berjas itu klepek-klepek saat melihatku. Hahaha....


drama monolog


Aku dan Tuyul-tuyul
Hari yang melelahkan. Tapi juga menyenangkan. Aku bisa bertemu lagi dengan kalian-kalian wahai tuyul-tuyul kecil. Kalian kan, yang menghabiskan uangku? Dimana uangku? Dimana kalian sembunyikan? Kenapa kalian diam saja? Ah, aku tahu, pasti kalian mau mengajakku berkejaran, kan? Hoooi, tunggu. Ah, ternyata lari mereka lebih kencang dariku. Kalau saja kalian kembali kesini, akan kuinjak-injak gundul kalian. Dasar tuyul tak tahu diri. Bisanya hanya mencuri.
Aku bekerja seharian peras keringat, namun hasilnya? Hanya tuyul-tuyul pemalas seperti mereka yang menikmatinya. Ah, bosan sekali hidup di dunia seperti ini. Andaikan aku bisa pergi dari tuyul-tuyul penjilat seperti mereka, pasti hidupku tak akan rancau seperti ini. Gak perlu banting tulang pagi sampai malam seperti ini.
Ah, hidup yang melelahkan.
Oh, aku ingat satu hal. Ya, aku akan minta sama Tuhan, biar aku diberi uang oleh-Nya. Aku juga mau minta sama Tuhan, biar tuyul-tuyul biadab itu segera pergi dari kehidupanku. Tapi, apakah Tuhan mau mendengarkanku? Ah, tidak mungkin Tuhan mau mendengarkanku. Aku ini tak patuh kepada-Nya. Ibadah saja aku tak pernah. Aku hanya bisa meminta kepada-Nya saat-saat getir seperti ini. Tapi kan Tuhan Maha Pengampun. Kalau aku minta ampun sama Tuhan, pasti Dia mengampuniku.
Oh tuhan, ampuni aku.
Namun pernah malam itu, saat aku bersulang ria dengan tuyul-tuyul itu, mereka berkata kepadaku,”Tuhan itu membenci orang-orang yang melanggar perintah-Nya. Apalagi orang sepertimu, yang tak pernah mau beribadah sama Tuhannya.”
Tapi kali ini aku percaya kok, kalau Tuhan itu maha baik. Dia pasti mau mengampuniku, dan segera mengembalikan tuyul-tuyul itu kembali di hadapanku. Andaikan saja mereka sudah datang kesini, aku sudah siapkan ruang penjara bagi mereka. Biarkan saja mereka disana. Aku sudah tak mau peduli dengan bujukan mereka. Mereka sudah terlalu membuatku rugi dan bingung seperti ini.
Tapi sekarang uangku? Tak ada sepeserpun koin di saku celanaku. Dan perut ini, sudah semalaman aku tak mengisinya. Ah, hutang dulu saja lah. 

Hidup berawal dari mimpi



Pepatah di atas mungkin sangat sederhana sekali. Namun bila kita mencoba untuk mengulas maknanya, maka kita akan menemukan serta termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin kita belum memahami, bahwa sesungguhnya kekuatan yang terbesar adalah dari dalam diri kita sendiri. Bukan dari orang lain. Orang lain mungkin hanya saja sebagai perantara atau jembatan yang mengantarkan kita untuk segera menemukan diri kita masing-masing.
Banyak di antara kita yang menganggap mimpi atau impian adalah sesuatu yang mustahil terjadi. Namun penelitian mengatakan bahwa “Yang bermimpi adalah yang berani untuk sukses.” Bila kita bermimpi, maka kita harus mau berusaha dan berdoa. Usaha tanpa doa itu sia-sia. Dan doa tanpa usaha itu mustahil.
Bila sudah menggantungkan suatu impian, maka pandanglah ke depan. Jangan hiraukan caci maki dan ocehan orang di sekitar. Karena yang sering kali terjadi saat ini adalah seseorang merasa minder atau merasa  dirinya tidak pantas untuk bermimpi demikian. Dikarenakan mendengarkan omongan dari orang-orang di sekitarnya. Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi. Karena secara sadar maupun tidak sadar, setiap orang akan mempunyai dan menentukan mimpinya sendiri-sendri. Jadi buat apa saling mengolokkan orang-orang yang sedang mengejar impiannya, dengan sebutan yang melemahkan semangatnya? Padahal, jalan menuju kesuksesan dari apa yang diinginkan itu sudah ada di depan mata. Tinggal satu langkah lagi. Ada beberapa tipe orang dalam menanggapi impiannya:
1.      Orang dengan tipe pertama ini cenderung bersikap optimis. Dia mampu menerima kritikan pedas dari orang-orang di sekitarnya. Diperolok dengan kata-kata apapun tak akan mampu menembus dinding keyakinan semangatnya untuk terus maju meraih impiannya. Orang seperti inilah yang diharapkan di masa ini. Tidak pernah kendur semangatnya, tidak pernah mengeluhkesahkan masalahnya dan selalu menganggap orang yang mencibirnya adalah orang yang bahkan memperhatikannya. Orang-orang yang seperti inilah yang selalu optimis bahwa impiannya akan segera menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar impian belaka. Karena dia yakin sepenuhnya bahwa usaha dan doanya itu pasti tidak akan sia-sia dimakan waktu.
2.      Adapun orang yang termasuk tipe kedua ini dia cenderung mundur sebelum berperang. Artinya disini adalah bahwasanya orang ini bersikap pesimis, tidak yakin kepada kemampuannya sendiri. Selalu menganggap dirinya tidak mampu untuk menggapai apa yang sudah dia impikan. Orang seperti inilah yang nantinya akan hanya menggantungkan doanya tanpa dibarengi dengan usahanya. Orang-orang yang mencibirnya dan mengetahui bahwa yang dicibirnya itu adalah seorang yang pesimistis, maka mereka akan merasa puas sekali, karena satu rintangan di hadapan sudah berhasil disingkirkan. Orang dengan sikap pesimis seperti ini, mereka cenderung lemah, loyo dan merasa dirinya tidak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain.
3.      Orang dengan tipe yang ketiga ini adalah orang yang terus bersemangat untuk menggapai impiannya, namun dia lupa bahwa ternyata dia tidak mengimbangi usahanya dengan doa. Sudah dikatakan di atas, bahwa usaha yang tidak didampingi dengan doa maka usaha itu tetap akan sia-sia. Mungkin, memang dia sudah berhasil meraih impiannya. Namun apakah Tuhan ridho dengan jalan yang ditempuhnya? Tidak. Karena orang dengan tipe seperti ini pantas dikatakan sombong karena dalam usahanya meraih cita-cita tidak dibarengi dengan doa.
Boleh saja menggantungksan mimpi setinggi langit. Namun, sepantasnya sebagai manusia itu sadar, bahwa tugas utamanya adalah beribadah kepada Tuhannya. Bila bermimpi, perlu usaha dan doa. Karena dua hal itulah yang akan menjadikan mimpi berganti kenyataan. Bila berani hidup, harus berani pula untuk bermimpi. Karena mimpi adalah jalan untuk mengetahui siapa sebenarnya diri kita.

Selamat bermimpi wahai pemimpi!

my pet


www.spacezapper.com