Untuk Lelaki Berjas Hitam
Rasanya
hari ini ingin tidur saja. sudah terlalu capek badanku memunguti sampah-sampah
berserakan disana. Paling-paling daun-daun kering itu terbang lagi
kesana-kemari. Hmmm, capek sendiri kalau aku membayangkannya. Tapi kalaupun aku
mengerjakannya, itu pasti lebih melelahkan. Ya sudahlah. Oh ya, apa aku hari
ini pergi ke jalanan saja? membersihkan jalanan itu? Tapi hari ini aku malas
sekali. Boro-boro untuk pergi ke jalanan itu, untuk mandi saja aku malas bukan
main. Apalagi, uuuggghhh, bau sekali badanku ini. Biar saja lah.
Aku
masih ingat saat aku menyapu pinggiran jalan itu. Aku bertemu dengan seorang
lelaki kaya raya. Parfumnya dari kejauhan sudah bisa kucium. Harum sekali
baunya. Saat dia mendekat ke arahku, aku mencoba untuk menyapanya. Karena
pertama kali aku melihatnya dari kejauhanpun, aku sudah jatuh hati padanya.
Saat aku menyapanya hanya acuh yang dia berikan. Tapi bodohnya aku saat itu,
aku mengikuti langkah lelaki itu. Lalu lelaki itu menoleh kepadaku. Sedikit
mengernyitkan hidungnya. Ah, aku baru tahu kalau saat itu aku belum mandi.
Memang sudah hampir seminggu ini aku tak mandi. Rasanya badanku sudah panas
dingin sendiri. Entahlah.
Aku
ingat sekali apa yang diucapkannya saat aku mendekati lelaki berjas hitam itu.
“Hey,
kau tukang sapu. Kenapa dari tadi mengikutiku? Sana pergi! Bau sekali badanmu
itu!”
Begitulah
dia membentakku. Hingga akhirnya aku kembali menyapu lagi. Hmm, betapa sedihnya
hatiku saat itu. Tapi mungkin aku patut dikatakan seperti itu. Karena memang keadaanku
adanya seperti itu. Tapi membersihkan jalanan itu kan tugasku? Aku mau makan
apa kalau saja aku tidak menyapu jalanan itu? Kalau aku kembali menyapu jalanan
itu, aku takut. Takut kalau saja aku bertemu dengan lelaki berjas hitam itu,
lalu dia mencaci makiku lagi? Oh tuhan,
apa yang harus kulakukan?
Apa
sebaiknya aku segera mandi saja? tapi sumur di belakang air sudah tak mengalir
lagi? Atau aku numpang mandi di sumurnya mbok Darmi saja? tapi bagaimana dengan
badanku? Badanku panas dingin. Aku sakit. Pusing rasanya kalau nanti aku harus
berjemur di bawah terik matahari. Ah biarkan saja lah. Yang penting aku bisa
makan.
Ya,
aku akan numpang mandi di sumurnya mbok Darmi. Aku akan kesana. Sampah-sampah
kering, tunggu aku, jangan pada terbang dulu. Aku akan segera memunguti kalian.
Rasanya
segar sekali tubuh ini. Lebih bergairah dari biasanya. Maklum sudah hampir
seminggu tidak mandi. Dan andaikan aku bertemu dengan lelaki berjas hitam itu
lagi, aku akan mengatakan kepadanya kalau aku sudah mandi. Ya, aku sudah mandi.
Biarpun aku hanya seorang tukang sapu jalanan, tapi aku tetap wanita yang ingin
dicintai. Aku akan mempertebal bedak dan lipstikku agar lelaki berjas itu
klepek-klepek saat melihatku. Hahaha....