Pepatah di atas mungkin sangat sederhana sekali. Namun bila kita mencoba untuk mengulas maknanya, maka kita akan menemukan serta termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin kita belum memahami, bahwa sesungguhnya kekuatan yang terbesar adalah dari dalam diri kita sendiri. Bukan dari orang lain. Orang lain mungkin hanya saja sebagai perantara atau jembatan yang mengantarkan kita untuk segera menemukan diri kita masing-masing.
Banyak di antara kita yang menganggap mimpi atau impian adalah sesuatu yang mustahil terjadi. Namun penelitian mengatakan bahwa “Yang bermimpi adalah yang berani untuk sukses.” Bila kita bermimpi, maka kita harus mau berusaha dan berdoa. Usaha tanpa doa itu sia-sia. Dan doa tanpa usaha itu mustahil.
Bila sudah menggantungkan suatu impian, maka pandanglah ke depan. Jangan hiraukan caci maki dan ocehan orang di sekitar. Karena yang sering kali terjadi saat ini adalah seseorang merasa minder atau merasa dirinya tidak pantas untuk bermimpi demikian. Dikarenakan mendengarkan omongan dari orang-orang di sekitarnya. Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi. Karena secara sadar maupun tidak sadar, setiap orang akan mempunyai dan menentukan mimpinya sendiri-sendri. Jadi buat apa saling mengolokkan orang-orang yang sedang mengejar impiannya, dengan sebutan yang melemahkan semangatnya? Padahal, jalan menuju kesuksesan dari apa yang diinginkan itu sudah ada di depan mata. Tinggal satu langkah lagi. Ada beberapa tipe orang dalam menanggapi impiannya:
1. Orang dengan tipe pertama ini cenderung bersikap optimis. Dia mampu menerima kritikan pedas dari orang-orang di sekitarnya. Diperolok dengan kata-kata apapun tak akan mampu menembus dinding keyakinan semangatnya untuk terus maju meraih impiannya. Orang seperti inilah yang diharapkan di masa ini. Tidak pernah kendur semangatnya, tidak pernah mengeluhkesahkan masalahnya dan selalu menganggap orang yang mencibirnya adalah orang yang bahkan memperhatikannya. Orang-orang yang seperti inilah yang selalu optimis bahwa impiannya akan segera menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar impian belaka. Karena dia yakin sepenuhnya bahwa usaha dan doanya itu pasti tidak akan sia-sia dimakan waktu.
2. Adapun orang yang termasuk tipe kedua ini dia cenderung mundur sebelum berperang. Artinya disini adalah bahwasanya orang ini bersikap pesimis, tidak yakin kepada kemampuannya sendiri. Selalu menganggap dirinya tidak mampu untuk menggapai apa yang sudah dia impikan. Orang seperti inilah yang nantinya akan hanya menggantungkan doanya tanpa dibarengi dengan usahanya. Orang-orang yang mencibirnya dan mengetahui bahwa yang dicibirnya itu adalah seorang yang pesimistis, maka mereka akan merasa puas sekali, karena satu rintangan di hadapan sudah berhasil disingkirkan. Orang dengan sikap pesimis seperti ini, mereka cenderung lemah, loyo dan merasa dirinya tidak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain.
3. Orang dengan tipe yang ketiga ini adalah orang yang terus bersemangat untuk menggapai impiannya, namun dia lupa bahwa ternyata dia tidak mengimbangi usahanya dengan doa. Sudah dikatakan di atas, bahwa usaha yang tidak didampingi dengan doa maka usaha itu tetap akan sia-sia. Mungkin, memang dia sudah berhasil meraih impiannya. Namun apakah Tuhan ridho dengan jalan yang ditempuhnya? Tidak. Karena orang dengan tipe seperti ini pantas dikatakan sombong karena dalam usahanya meraih cita-cita tidak dibarengi dengan doa.
Boleh saja menggantungksan mimpi setinggi langit. Namun, sepantasnya sebagai manusia itu sadar, bahwa tugas utamanya adalah beribadah kepada Tuhannya. Bila bermimpi, perlu usaha dan doa. Karena dua hal itulah yang akan menjadikan mimpi berganti kenyataan. Bila berani hidup, harus berani pula untuk bermimpi. Karena mimpi adalah jalan untuk mengetahui siapa sebenarnya diri kita.
Selamat bermimpi wahai pemimpi!