.

Glitter Text
Make your own Glitter Graphics

selamat datang.........

semoga Allah selalu memudahakn jalan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh

mungkin ini adalah saya

Foto saya
asalamu'alaikum wr.wb, dalam naungan Ridho Illahi semoga hidup penuh kedamaian walau didahului oleh permusuhan.. salam ukhuwah islamiyah

for the rest of my life

I praise Allah for sending me you my love
You found me home and sail with me
And I`m here with you
Now let me let you know
You`ve opened my heart
I was always thinking that love was wrong
But everything was changed when you came along
OOOOO
And theres a couple words I want to say
Chorus:
For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you.loving you
For the rest of my life
Through days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I…I`ll be there for you
I know that deep in my heart
I feel so blessed when I think of you
And I ask Allah to bless all we do
You`re my wife and my friend and my strength
And I pray we`re together in jannah
Now I find myself so strong
Everything changed when you came along
OOOO
And theres a couple word I want to say
*Repeat Chorus
I know that deep in my heart now that you`re here
Infront of me I strongly feel love
And I have no doubt
And I`m singing loud that I`ll love you eternally
Repeat Chorus
I know that deep in my heart..

for the rest of my life

I praise Allah for sending me you my love
You found me home and sail with me
And I`m here with you
Now let me let you know
You`ve opened my heart
I was always thinking that love was wrong
But everything was changed when you came along
OOOOO
And theres a couple words I want to say
Chorus:
For the rest of my life
I`ll be with you
I`ll stay by your side honest and true
Till the end of my time
I`ll be loving you.loving you
For the rest of my life
Through days and night
I`ll thank Allah for open my eyes
Now and forever I…I`ll be there for you
I know that deep in my heart
I feel so blessed when I think of you
And I ask Allah to bless all we do
You`re my wife and my friend and my strength
And I pray we`re together in jannah
Now I find myself so strong
Everything changed when you came along
OOOO
And theres a couple word I want to say
*Repeat Chorus
I know that deep in my heart now that you`re here
Infront of me I strongly feel love
And I have no doubt
And I`m singing loud that I`ll love you eternally
Repeat Chorus
I know that deep in my heart..

indahnya perbedaan

Pemain :


1. Dewi Retno : Mbah Cikrak


2. Diah Arum : Monalisa Ratu Hiu dari Pantai Sebrang


3. Didin : Bang yai


4. Dwi Yunda : Tumbu / Nida


5. Ike Ristyana : Mayang Sari Cengceremen


6. Lina Septyorini : Mbok yem


7. Rara Atika : Bu Wati Trigonometri


Narator : Ima Rizeki



Di suatu pagi yang cerah, nenek duduk di beranda rumah dengan kacamatnya yang seseringan naik turun, sambil membolak-balikan koran. Lalu datanglah Tumbu orang gila dan mengacak-acak segala sesuatu yang ada di meja.


Tumbu :“Maaf ya wanita cantik, aku sedang mencari uangku yang hilang”


Nenek :”Iya Tumbu, tapi jangan seperti ini, makanan jadi tumpah semua kan?!”


Lalu datanglah Monalisa, dia marah-marah kepada nenek karena melihat meja yang berantakan. Melihat hal itu Tumbu ketakutan lalu menjauh.


Mona :”Apa-apaan ini? Rumahku berantakan seperti ini, pasti kamu kan yang melakukannya?”


Nenek :”Ya Allah Mona, kamu kasar sekali pada nenek. Dari kecil yang menjagamu nenek. Tapi seperti ini balasanmu?”


Mona :”Nenek itu bukan Ibuku. Toh aku juga sudah muak dengan semua ocehan nenek. Sok ngajarin terus!”


Nenek :”Astaghfirullah.. jaga kata-katamu nak! Nenek hanya ingin melaksanakan wasiat almarhum kedua orang tuamu”


Mona :”Persetan dengan wasiat”


Nenek menangis berlinang air mata melihat kelakuan Mona yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Nenek masuk ke dalam rumah


Mona :”Cengeng. Gitu aja nangis”


Tumbu masuk


Tumbu :”Hey.... ada orang gila”


Mona :”Kamu itu yang gila!”


Tumbu :”Ngapain kamu disini!”(bentak tumbu)


Mona :”seharusnya aku yang tanya padamu. Ngapain kamu dirumahku? Sudah pergi sana!”


Tumbu :”Mana nenekmu?”


Mona :”Ow.... kau mencari nenek tua itu? Dia tak ada”


Lalu nenek menghampiri Tumbu dengan membawa tas baju.


Nenek :”Ayo Tumbu, kita pergi dari sini. Tak usah bicara dengannya. Percuma tak ada gunanya”


Mona, Nenek, tumbu keluar area. Area menjadi sepi.


Bu Wati dan Mayangsari datang dari arah yang berlawanan. Mayangsari membawa setumpuk buku, dan Bu Wati tertawa sumringah dengan uang yang banyak di tangannya. Mereka berdua tubrukan, saling jatuh. Uang dan buku juga ikut terjatuh. Lalu dari belakang Bu Wati, mbok Iyem lari ketakutan seperti dikejar-kejar. Yah.....mereka bertiga jatuh lagi deh..


Mbok Iyem:”Maaf bu!”


Bu Wati :”Maaf maaf.. wani piro?”


Mbok Iyem:”Jamu?”


Mayang :”Maaf bu, saya tidak sengaja”


Bu Wati :”Ya...gak papa. Lain kali kalau jalan lihat jalannya”


Mayangsari pergi


Bu Wati :”Hei nak! Bukumu ketinggalan”


Mayangsari menghampiri


Bu Wati :”Kamu penulis? Mayangsari cengceremeng kan?”


Mayang :”Iya bu, saya Mayangsari cengceremeng”


Bu Rani :”Oh... kalau begitu senang berkenalan denganmu. Saya Wati. Wati trigonometri. Pengusaha rongsok terbesar di negeri ini. Ini, saya ada sedikit uang buat kamu, soalnya hari ini saya lagi dapat banyak rezeki. Ya...itung-itung buat nebus karena tadi saya sudah membentakmu”


Mbok Yem:”Wah... ibu ini tu pengusaha to, tapi kok pengusaha rongsok. Hahahaha....”


Bu Wati :”Diam kau! Meskipun Aku ini hanya seorang pengusaha rongsok, yang penting kan banyak uang. La daripada kamu? Cuma tukang jamu saja blagu!”


Mayang :”Ibu kok seperti itu?tidak baik bu mencerca orang lain. Dan saya sangat berterima kasih sekali atas kebaikan bu Wati. Mungkin uang ini belum pantas ada di tangan saya”


Bu Wati :”Ow... ya sudahlah! Ayo kita minum dulu sambil ngobrol-ngobrol”


Di tengah-tengah perbincangannya, Mona datang dengan senyum pamrih soalnya dia tahu bahwa Bu Wati sedang membawa banyak uang


Mona :”Selamat siang semuanya. Perkenalkan, saya Monalisa Ratuhiu dari pantai Sebrang. Mayangsari ini adalah adik saya. Mayang, ayo antar kakak ke market, odolnya habis nih!”


Mayang :”Iya Kak”


Bu Wati :”Ow... kamu kakaknya Mayang? Senang bertemu denganmu”


Mayang :”Bu, saya pamit dulu. Lain waktu bisa kita sambung lagi”


Mona :”Aduh Mayang, dompet kakak ketinggalan nih. Udah dari rumah kesini jauh lagi”


Mayang :”Kalo Cuma beli odol mah Mayang ada. Kan harganya gak sampai 10.000”


Mona :”Ya kan nanti ada embel-embelnya, bakso, es degan”


Bu Wati :”Ini ada sedikit uang untuk kalian”


Dengan sigap uang yang di berikan bu Wati di ambil oleh Mona tapi Mayang langsung mengambilnya.


Mayang :”Sekali lagi terima kasih Bu, kami langsung pamit saja”


Mona :”Napa sih uangnya dikembalikan, kan enak kalau dapat uang banyak”


Mona dan Mayang pergi,


Bu Wati :”Hhahahahhaha... untung saja kalian tidak menerima uang hasil korupsiku selama ini”


Tumbu datang


Tumbu :”Woi... ada yang korupsi”


Bu Wati :”Wong edan! Diam kau! Kau mau aku di penjara?”


Tumbu :”Awas... ada koruptor rongsok!”


Bu Wati :”Hei kau ini apa-apaan sih? Lepaskan tanganku. Jangan diikat”


Tumbu :”Biar kau segera gak berkeliaran. Kan nanti kasihan pengusaha ha pengusaha ha yang lain”


Bu Wati :”Gendeng kau!”


Tumbu :”Biarin!”


Nenek datang


Nenek :”Lepaskan dia Tum, beri dia waktu untuk berbicara”


Tumbu :”Hoalah mbah....mbah........masa aku mau melepaskannya? Gak mau aku! Dia kan juga telah mengambil uangku.pokoknya dia harus gila”


Bu Wati :”Gila gundulmu! Kamu itu yang gila! Dari timur ke barat, pakaian compang-camping, bicara ngelantur gak jelas, mengganggu kesenangan orang lain. Dasar!”


Nenek :”Kalian sama-sama gilanya. Teriak-teriak di depan umum. Coba lihat diri kalian, merasa paling benar sendiri. Tum, kalau kamu tak mau melepaskannya, sebaiknya kita pergi dari sini. Kita lanjutkan mencari Mayang”


Tumbu :”Yuk...”


Bu Wati :”Heh,,,nenek tua bangka! Aku gimana? Huft..dasar”


Bu Wati keluar dari area panggung


Bang yai datang sambil membawa tasbih. Lalu duduk dengan tenang. Lalu mbok Yem juga datang mendekati bang yai


Mbok yem :”Jamune mas jamune.. ada beras kencur, beras kuning, beras kutah, beras ketan dan beras-beras lainnya”


Bang yai :”Nasinya ada?”


Mbok yem :”hhahaha....bang yai ada ada saja. Tumben siang-siang gini sudah tapa. Biasanya kan habis ‘asyar”


Bang yai :”Yang ini jamu apa?”


Mbok yem :”Jamu kuat”


Bang yai :”Astaghfirullah..... ente gak perlu bicara dengan nada begitu. Bisa mengundang syahwat”


Mbok yem :”Ah... bang yai bisa saja”


Tiba-tiba Mayang datang menghampiri Bang yai dan mbok yem


Mayang :”Benar mbok yem, nada perkataan mbok yem lebih mendekati kata merayu”


Mbok yem :”Tahu dari mana kamu? Sok tahu! Heh,aku itu memang lagi merayu bang yai. Soalnya dari dulu aku sudah ngincer dia. Masih muda, cakep, gokil lagi”


Mayang :”Gokil darimana? Pakai sarung kayak gitu? Gak banget deh”


Mbok yem :”Ah... kamu kan memang gak kenal sama cowok”


Mayang :”Heh..sembarangan saja mbok yem bicara. Mbok yem aja yang gak kenal sama laki-laki. Buktinya saja sampai sekarang mbok yem belum juga menikah”


Mbok yem :”Ya biarin. Yang penting kan aku masih suka sama cowok, sedang kau? Anti lelaki”


Bang yai :”Astaghfirullah... tak boleh berkata seperti itu. Nanti bisa termakan ucapan sendiri lho”


Mbok yem :”Ah... gak kok bang yai. Tadi Cuma bercanda saja”(menyolek bang yai)


Bang yai :”Hei .... bukan muhrim, astaghfirullah”


Bang yai :”Mayang, saya sengaja kesini ingin mengajakmu bicara”


Mayang :”Bicara saja bang”


Bang yai :”Dan kamu mbok yem,untuk sementara waktu tidak berkeliaran di dekat saya, silahkan”


Mbok yem :”Aduh, bang yai kok gitu sih sama Iyem, bang yai jahat deh.... jamu...jamu”(pergi)


Mayang :”Ada apa bang?”


Bang yai :”Mayang, kamu tahu kan, bagaimana sikap kakakmu akhir-akhir ini?”


Mayang :”Memang kenapa?”


Bang yai :”Kakakmu sudah mengusir nenek”


Mayang :”Nenek siapa?”


Bang yai :”Nenekmu, mbah cikrak”


Mayang :”Apa? Bang yai tahu darimana?”


Bang yai :”Dari tumbu”


Mayang :”Tumbu, adiknya bang yai yang agak gila itu kan”


Bang yai :”Iya, tadi pagi Tumbu mengajak nenekmu kerumah abang. Baju-bajunya juga sekalian dibawa. Nenekmu cerita pada abang kalau beliau sudah tak betah hidup dengan Mona. Mona mengusirnya hanya gara-gara nenekmu dituduh membuang makanan. Padahal itu ulah si tumbu”


Mayang :”Ya allah... sampai segitunya? Iya bang, nanti Mayang yang akan bicara dengan mbak Mona. Tapi sekarang nenek baik-baik saja kan?”


Bang yai :”Alhamdulillah, beliau masih dalam selimut Allah, aman”


Mayang :”Bang, aku mau tanya. Kok tumbu bisa jadi gila kenapa?”


Bang yai :”Dulu, sewaktu dia masih kecil, dia dan saya sudah ditinggalkan oleh abi dan umi meninggal dunia. Dia stres. Dia memilih mengurung diri di kamar. Saat menuruni tangga, dia terjatuh dan kepalanya terbentur sehingga frustasinya semakin menjadi-jadi”


Mayang :”kok namanya bisa Tumbu?”


Bang yai :”dulu dia sering main tumbu dan dibuatnya seperti gendang”


Mayang :”Bang aku Cuma ingin menyampaikan amanah, mumpung ketemu dengan bang yai”


Bang yai :”Apa?”


Mayang :”Gini lho bang. Mbok Iyem kan sudah lama ngincer abang. Toh abang juga belum ada tambatan hati. Jadi daripada menjadikan fitnah lebih baik abang segera menikah”


Bang yai :”Apa? Menikah?”


Mayang :”Iya Bang. Ada yang salah dengan ucapanku?”


Bang yai :”Oh...tidak. kamu tidak salah. Memang seharusnya abang menikah. Bila memang jodoh abang si Iyem, ya apa boleh buat? Jodoh sudah di tangan Tuhan kan?”


Mayang :”Mungkin akan lebih baiknya lagi abang mempertimbangkannya terlebih dahulu”


Bang yai :”Iyem?”


Mayang :”Mungkin bisa saja bukan dengan dia”


Bang yai :”Lantas? Denganmu?”


Mayang :”Sepertinya juga bukan denganku”


Bang yai :”Lalu?”


Mayang :”Entahlah”(pergi meninggalkan Bang yai sendiri)


Bang yai :”Ya Allah, beri hamba yang terbaik dari segala yang terbaik. Amin”


Bang yai berdiri, lalu


Bang yai :”Aduh...kakiku kaku kaku.....!!aduh,............”


Mbok iyem mendekat,


Mbok yem :”Ada apa bang? Abang kakinya kenapa? Abang yai perlu jamu? Yang ini aja ya bang, ini jamu kuat lho. Lho? Abang kemana? Kok hilang seperti ninja? Abang yai......”


Tiba-tiba nenek datang dengan tertatih-tatih


Nenek :”Gimana dia tidak mau pergi melihat penampilanmu seperti ini? Coba kamu perbaiki penempilan dan tutur bicaramu. Dengan begitu mungkin saja dia mau saat kau hampiri. Lah....kalau kamu masih dengan penampilanmu yang seperti ini?


Mbok yem :”Mbah mau, mengajariku seperti itu? Untuk abang yai, semua pasti kulakukan”


Nenek :”Penampilanmu mencerminkan hati dan fikiranmu. Kamu minta bantuan Mayang saja. Dia cucuku”


Mbok yem :”Mayang? Dia cucu nenek?”


Nenek :”Iya, kamu sudah kenal dengannya?”


Mbok yem :”Dia musuhku nek! Dia juga sudah merebut hati bang yai dariku. Emang sih, kayaknya bang yai lebih tertarik dengan Mayang. Huft... dunia memang sudah gendeng!”


Nenek :”Kau itu yang gendeng!”


Tumbu lari di belakang nenek sambil mengganggu mbok yem, lalu Mona datang menyusul,


Mona :”Tumbu.....! kemana kau?”


Tumbu :”Aku disini”


Mona :”Mana rotiku? Apa? Habis?”


Tumbu :”Nenek.......tolong aku dari serangan serigala.... nenek”


Mona :”Nenek...nenek.... itu bukan nenekmu. Itu nenekku!”


Nenek :”Kalau aku nenekmu, mengapa kau sudah mengusirku?”


Mona :”Ya karena aku khilaf”


Mbok yem :”Makan tu khilaf!”


Mona :”Kau ini siapa sih? Cuma tukang jamu aja blagu. Ow........kamu itu tukang jamu yang sering mangkal di perempatan jalan itu kan, yang katanya naksir bang yai?”


Mbok yem :”Iya, memang kenapa? Kamu JEALOUS ya sama aku? Hahahahha.....akulah makhluk tuhan yang tercipta yang paling sexy. Gak kayak kamu”


Nenek :”Heh, jangan sembarangan menghina orang lain. Bisa saja yang kamu hina itu lebih baik darimu”


Mona :”Sukurin deh, dapet ceramahan”


Nenek :”Sama saja denganmu Mona, mungkin kau memang pantas untuk dihina. Karena sikapmu yang juga sering meremehkan orang lain, bahkan nenekmu sendiri yang sedari kecil merawatmu ikut menjadi korban remehanmu”


Mona :”Nek, yang kemarin itu Mona sungguh khilaf. Mona minta maaf ya nek”


Nenek :”Oke, karena kanjeng nabi Muhammad SAW mengajari umatnya untuk saling memaafkan, nenek memaafkanmu. Tapi dengan satu syarat, kamu tidak boleh lagi meremehkan orang lain. Sekalipun itu orang yang paling kamu benci. Mengerti?”


Mona :”Iya nek, terimakasih ya nek”


Mbok yem :”Dengar tu apa kata si mbah”


Nenek :”Kamu juga, jangan asal jeplak kalau ngomong”


Tumbu :”Mbah....”(terpotong karena bang yai datang)


Bang yai datang,


Bang yai :”Assalamualaikum”


Nenek :”Wa’alaikumsalam”


Mbok yem :”Eh... bang yai...”


Nenek :”Iyem”


Mbok yem :”Iya nek”(tertunduk)


Nenek :”Ada apa nak?”


Mbok yem clingak-clinguk mencari sesuatu,


Bang yai :”Begini nek, saya dan tumbu tidak bermaksud mengusir nenek dari rumah saya. Tapi mumpung kita berkumpul disini, juga ada Mona, saya ingin nenek kembali ke keluarga nenek. Karena saya yakin Mona dan Mayang masih sangat menyayangi nenek”


Tumbu :”Ngapain kamu clingak-clinguk kayak cecunguk minta dijenguk di kebun jeruk sama beruk?”(ke mbok yem, semua pemain melihat aksi Tumbu dan mbok yem)


Mbok yem :”Abang kok gak sama pacarnya yang baru naksir cowok itu?”


Bang yai :”Siapa yang kau maksud? Mayang? Dia bukan pacar saya. Jadi begini lho nek, tujuan kedua saya menemui nenek itu saya ingin.....”


Tiba-tiba tumbu terpeleset jatuh dan pingsan. Mona dan mbok yem menggotong tubuh tumbu keluar area. Tinggalah nenek dan bang yai


Bang yai :”Saya ingin menjadikan Mayang sebagai istri saya nek”


Nenek :”Apa? Istri?”


Bang yai :”Iya nek. Karena walinya hanya ada nenek, saya bilang ke nenek saja”


Nenek :”Apakah kamu yakin benar-benar yakin dengan perkataanmu?”


Bang yai :”Iya nek, saya yakin”


Nenek :”Nenek tidak bisa memutuskannya. Lebih baik kamu bicara langsung dengan Mayang. Besok sehabis Isya’ kamu ke rumah nenek”


Malam harinya harinya,


Bang yai :”Assalamu’alaikum”


Nenek :”Wa’alaikumsalam, silahkan masuk”


Bang yai dan tumbu masuk ke dalam rumah


Nenek :”Mayang, Mona, ke ruang tamu, ada bang yai dan Nida”


Mona :”Nida siapa nek?”


Nenek :”Sudah cepetan sini”


Mayang :”Lho tumbu?? Kok cantik sekali?”


Tumbu :”Terima kasih mbak”


Mona :”Mana Nida nek? dan Dia itu siapa?”


Bang yai :”Nida itu nama asli tumbu”


Mona & mayang:”Apa?????????”


Nenek :”Sudah..sudah.. bahas Nida nya nanti saja. Nak, ayo langsung bicara saja”


Bang yai :”Baik nek. Begini, maksud kedatangan saya kesini saya ingin melamarmu Mayang”


Mayang :”Apa? Melamarku?”


Bang yai :”Iya Mayang. Perbincangan hari lalu telah membuka pintu hati saya. Saya mencoba melakukan apa yang kamu nasehatkan. Ternyata Allah menjawab dengan adanya wajahmu. Kita telah dipersatukan oleh cinta, Mayang”


Mayang :”Tapi, bagaimana dengan mbok Iyem?”


Bang yai :”Sudahlah, saya yakin dia akan mendapatkan jodoh yang lebih baik dari saya”


Nida :”Mayang, cinta itu tak mengenal apa dan siapa. Karena cinta yang dipandang hanyalah hati. Dan karena cinta hanya terletak di dalam hati. Cinta yang suci akan menjadi permadani yang indah”


Mayang :”Wah...wah.....wah... indah sekali kata-katamu Nid, terimakasih ya”


Mona :”Ini diminum dulu”


Nenek :”Gimana Nduk? Lamaran bang yai diterima?”


Mona :”Udah... diterima saja”


Mayang :”Bismillahirahmanirrahim, iya saya terima”


Bang yai :”Alhamdulillah”(mau memeluk Mayang)


Nida :”Eitz............ belum muhrim”


All :”Hahahahahahahahahahahah”


Tiba-tiba Bu Wati datang,


Bu Wati :”Mayang...Mayang...”


Nenek :”masuk”


Mayang :”Nenek, perkenalkan,ini teman saya, Bu Wati”


Bu wati :”Wati. Wati trigonometri”


Nenek :”Neneknya Mona dan Mayang”


Bu Wati :”Lho.... nenek kan yang? Dan kamu kan orang gila yang mengikat saya kemarin kan?”


Mayang :”Yang ini nenek saya, yang ini bukan orang gila, dia Nida, dia sudah sembuh dari sakitnya”


Bu Wati :”Lho.... lho... kok rame banget?Ada acara apa nih?”


Mona :”Bu Wati, disini ada acara lamaran”


Bu Wati :”Lamaran? Siapa?”


Mona :”Bang yai dengan Mayang”


Bu Wati :”Wah... Mayang, selamat ya”


Mayang :”Trimakasih bu”


Bu Wati :”Oya, ini ada oleh-oleh dari Bandung buat sekeluarga”


Nenek :”Tapi bukan dari uang korupsi kan?”


All :”Hahahahahahahahahah.....”


Tiba-tiba mbok yem masuk ke area,


Mbok yem :”Tumini bojone cahyo cahyo 2x..........”


Nene k :”Weleh-weleh..... salamnya mana?Mblusuk gitu aja?”


Mbok yem :”Hehe... maaf ya mbah. Lho, abang yai kok ada disini? Lho... itu kan wong edan, kok juga ada disini? Kamu?”


Nenek :”Begini Iyem, Mayang dilamar bang yai. Yang ini bukan orang gila. Namanya Nida, dia baru sembuh dari sakitnya. Dan yang ini Bu Wati, sengaja kesini membawakan oleh-oleh untuk Mayang”


Mbok yem :”Abang yai... abang yai jahat padaku”(ngglesor)


Nida :”Mbok yem, jodoh tak akan lari kemana. Jika abang sudah dengan Mayang, Nida yakin mbok yem akan mendapatkan yang lebih baik dari abang”


Nenek :”Benar kata Nida. Kamu harus lapang dada Yem”


Mona :”Udah, jangan nangis. Kayak bayi aja”


Bu Wati :”Ehm...ehm...ehm.... ini ada sedikit uang buat kamu, cup..cup...cup”


Bang yai :”Iyem.... maafkan aku ya”


Mayang :”Karenamu aku mengenal calon suamiku”


Mbok yem :”Uhu uhu uhu uhu uhu uhu,,,, iya”



Akhirnya Bang Yai dan Mayang menikah dan memiliki 210 anak laki-laki. Tumbu tumbuh menjadi wanita yang anggun. Mbok Yem menhabiskan hari-harinya dengan meminum jamunya. Mona dan Nenek bersatu dan membangun sebuah rumah bersama di kebon Jeruk.



-THE END-




INSYA ALLAH




Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way




Everytime you can make one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astra




You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insha Allah x3
Insya Allah we’ll find the way

insha allah

INSYA ALLAH



Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way



Everytime you can make one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astra



You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insha Allah x3
Insya Allah we’ll find the way

Tuhan….


Mawar ini penuh duri


Cinta ini penuh luka


Hati ini penuh dengan irisan sembilu


Tuhan….


Ombak laut pergi


Burungpun tak singgah di singgasana


Dahanpun ogah tuk melambai


Tuhan…


Awan indah itu menghilang


Tak lagi ikuti fikiranku


Fikiran yang penuh sesak


Jangan Tuhan!! Jangan !!


Tak ingin ku melayang tanpa udara


Tak ingin ku singgah tanpa langit


Tak ingin ku berbincang tanpa bintang


Bintang yang robohkan 1000 hati


Dan….menghilang dihempas gelombang??


Bintang…


Ku menunggumu di seberang

Parto si pintar

Parto si pintar


Suara anjing malam yang menggonggong menyelimuti keheningan malam. Terdapat disebuah tempat yang biasanya dilewati oleh segelintir orang saja.


Muncullah 2 orang yang sedang berbincang-bincang masalah sekolahnya.


Dwi : nda, bukankah kamu punya mobil, apartement, rumah besar… yang diberi oleh orang tuamu itu………tapi kok kamu tetap saja tidak mau sekolah , kenapa?


Yunda : kamu lagi baca puisi apa ngayal? Atau jangan – jangan …


Dwi : jangan – jangan apa? Daku ini kan ngelem kamu, kok jadi sukudon gitu?


Yunda : haha…..apa? sukudon? Bahasa mana itu? Kayaknya saat aku duduk di bangku SD dulu, pak guru mengajariku su’udzon deh..


Dwi : ya…pokoknya itu deh……


Yunda : itu semua bukan punyaku Dwi,!!. Apalagi……


Tiba-tiba muncullah orang yang sedang berkejaran. Yang dikejar seperti ketakutan namun menyepelekan, dan yang mengejar ada di belakangnya dengan membawa sebilah pedang panjang. (lari)


Dwi dan Yunda bingung dan sedikit ketakutan.


Yunda : apalagi….apalagi…..(tersendat-sendat).,, itu tadi apa Wi?


Dwi : mana ku tahu,. Sudah! Biarin saja. Mungkin mereka hanya ingin menjadi seperti batman. Hey..apa maksudmu apalagi…..apalagi tadi?? Maukah kau bercerita padaku? Bukankah kau anak orang kaya?


Yunda : (sambil beranjak pergi meninggalkan Dwi yang masih penuh dengan tanda Tanya). Apa yang membedakan orang kaya dengan yang miskin? Bukankah mereka sama saja ?


Dwi : (sambil berfikir sendiri). Apa ya maksud dia? Ah…………pusing deh.


Parto kembali berlarian namun dengan senyum di wajahnya menuju keluar panggung.



Keluarlah seorang anak yang memakai baju tidur dan terlihat membawa boneka. Ia masuk, kemudian tidur lagi di sebelah Dwi yang masih dengan tanda Tanya nya. Anak itu bernama Putri. Bonekanya pun dipeluk dalam tidurnya.


Dwi : lhoh….kok tidur disini? Anak siapa ini? Pasti anak orang kaya. Pakaiannya saja bagus seperti ini. Hei……hei…..(membangunkannya) datang darimanakah dirimu? Hingga kau kini menemani dalam kebingunganku???? Ah…………masa bodoh dengan kau!


Dwi pergi meninggalkan Putri, sehingga Putri terlihat tidur sendirian.


Datanglah orang yang biasanya dipanggil Parto atau si senteng. Ia terkejut melihat Putri yang tertidur disana. Parto ingin melihat boneka yang dipeluk Putri. Namun tiba-tiba Putri terbangun dan terkejut.


Putri : siapa kamu? Dan kenapa aku ada di tempat ini?


Parto : heh….bocah kecil, aku bukan pamanmu.. dan aku dari tadi memang ada disini. Hahahahahahahhahahahahaha……………………..


Putri : ih kamu!! Sudah jelek, senteng lagi!!(dengan nada lirih)


Parto : hey bocah kecil.., aku gak jelek, lagipula aku juga tidak yang seperti yang kau bilang; senteng.


Putri : (dengan nada lirih) lhoh! Aku ngomong lirih kok malah dengar ,, dasar orang aneh. Ah… kujadikan orang macam kayak gini mainanku ,,,ah…. Hei kau… kau tahu makananya monyet?


Parto : sepertinya kamu yang lebih tahu deh…..hahahahahahahhahahahah…… kan wajahmu udah kayak monyet..hahaha……


Putri : kamukah rajanya?


Parto : dan kau ratunya.


Putri : ih… geli –geli deh bicara denganmu


Parto bingung seperti mencari sesuatu. Putri meninggalkannya sambil memanggil mamanya. Namun bonekanya ditinggalkan di dekat Parto si senteng.


Parto : wo cah ayu….cah ayu….punya hati po ndak to to!? Belum selesai geli-gelianya ditinggal pergi gitu aja. Lo lo lo….. gimana ni, woiiii(teriak) adikmu ketinggalan ni lo. (memandang boneka tsb dan mengelus bagian kepalanya) kasihan ya kamu. Biarlah Tuhan nanti yang menghukum kakakmu yang mengira aku seperti raja. Hahaha…..


(tertawanya dipotong) Datanglah Bu nyai


Bu nyai : (nyincingkan daster) hey… wong senteng! Mana suamiku?? Kamu kan yang telah menyembunyikannya? Kembalikan dia!!! Ayo,,, kembalikan!! Kalau tidak secepatnya kau kembalikan, ku terbangkan panci gosong ini. Ayo kembalikan!


Parto : mbok nyai.. aku bukan si senteng. Seperti kata teman dari saudaranya mbahnya canggahku dulu; biar senteng tapi punya benteng…..


Bu nyai : dan wajahmu kayak banteng!! Hahahahaha…. Ya kan??


Parto : dan yang di depanku wajahnya lebih remuk kayak pecahan genteng. Hahahhahahhahahhahahhhahahhahahahahahahh(tertawa lepas dan keras)


Bu nyai : gendeng kau! Awas kalau besok suamiku belum juga kau kembalikan(sambil pergi)


Parto : haahhahahahhahahhaha


Tiba-tiba suami bu nyai yang semula dikejar-kejar si pembawa pedang, datang dan menampar pipi Parto.


Pak nyai : (plak) dasar wong edan kau! Kau mau aku dibunuh sama si kumis lebat itu?


Parto : bukan begitu maksudku, wahai pemilik peci putih. Aku hanya ingin kau rasakan akibat ulah busukmu dulu.


Pak nyai : apa yang kau ucapkan itu? Berani kau mengungkit masa laluku?


Parto : tenanglah sejenak..! maukah kau memberiku kesempatan…(terpotong kata-kata pak nyai)


Pak nyai : kesempatan untuk membunuhku..?(dengan nada mengejek)


Parto : hei…berilah aku kesempatan bicara padamu.


Pak nyai : wong senteng…! Disini hanya ada aku dan kau. Jadi rasanya sama sekali tak mungkin jika kau harus bicara dengan orang lain, kecuali aku. Sadar kau??


Parto : oke oke… saya hand_up.


Pak yai : ayo, bicara! Tunggu apa lagi?


Parto : tak bisakah kau menahan sedikit kandungan hemoglobinmu biar tak sampai ke kepala? Pak Yai yang saya hormati (sambil hormat),bukankah kau dulu sebelum menjabat jadi seorang pak yai, engkau hendak menancapkan pedang ke tandon isi makananku?


Pak yai : tandon isi makananmu? Kulkas maksudmu? Atau rinjing?( kaget)


Parto : pak Yai yang saya hormati,, anda lulusan universitas ternama. Dan anda pun juga telah berpangkat tinggi sekarang. Tentunya anda sudah tahu apa yang ku maksud itu kan? Tandon isi makanan? Yang apabila tidak diisi akan terasa kosong?( dengan nada lirih dan mengejek). Huh….ternyata sama saja antara antara orang yang sekolah dengan tidak.


Pak yai : senteng! Jangan kau buatku seperti ini! Puyeng dengan apa yang kau ucapkan.


Parto : haha……….. berhasil juga, aku membuatmu berfikir.


Pak Yai : terserah kamu mau ngatain aku seperti apa! Yang penting aku sudah tak mau lagi berbisnis gila denganmu lagi!


Parto : ya sudah………….terserah anda juga..( langsung pergi )


Pak Yai pun juga pergi


Sesaat kemudian, Bu Nyai muncul


Bu nYai : pak………….pake….pake kemana to? Sudah hamper seminggu pake gak pulang-pulang ( lalu duduk sambil memelas )


Tiba –tiba Yunda datang dan mendekati Bu Nyai


Yunda : ada apa? Sepertinya sedang mencari sesuatu?


Bu Nyai : benar sekali nak,, suamiku sudah lama tak menemaniku.


Yunda : apakah kau bercerai dengannya?


Bu nyai : hilang.


Yunda : hilang ditelan bumi?


Bu nyai : (dengan nada tinggi) apa kau bilang? Dia hanya hilang ditelan malam yang gelap.


Yunda : apakah ia tak mengabarimu?


Bu nyai : kabar apa? Kabar burung? Apa kau pernah mendapatkannya juga?


Yunda : ya…mungkin saja. Karena akupun juga sama sepertimu, mencari apa yang seharusnya dicari, dan memaki apa yang seharusnya tidak dicari.


Bu nyai : siapa kau? Dan kenapa kau muncul di hadapnku? Apakah kau tahu masalahku? Hingga kau memaparkan apa yang seharusnya tak kudengar?


Yunda : di dunia ini aku hanya bak debu di tengah lautan.


Bu nyai : ya…. Mungkin aku pun juga seperti kau. Apa kau mau membantu mencari suamiku ? nak, orang senteng itu yang sudah membuatku setiap waktu banjir air mata.


Yunda : namun, Bu,bukan saya mau membela suami Bu Nyai ataupun orang yang anda anggap senteng itu. Di zaman ini sulit sekali membedakan mana yang senteng dan mana yang tidak. Sepertinya bahkan semua terlihat sama.


Bu Nyai : hey…..anak bau kencur, apa maksud kau bilang seperti itu?


Yunda : coba Bu Nyai fikir sekali lagi, belum tentu orang yang senteng itu senteng dan belum tentu orang yang waras itu waras!


Bu Nyai : kau sama saja dengan orang senteng itu! Dasar kau! Anak tak tahu diri!


Yunda : bu Nyai, usia itu bukan angka, namun usia itu hasil fikiran kita.


Bu nyai : ah……..aku muak mendengar ocehanmu. Dan tak ada bahkan sama sekali ini dengan kaitannya dengan apa yang kau bicarakan barusan.


Yunda : harusnya tidak ada. Namun hal ini perlu ada.


Bu nyai : apa kau bicara tentang keyakinan?


Yunda : mungkin dari cuplikan tema tersebut.


Bu nyai : ngelantur aku bicara denganmu.. akan kucari sendiri suamiku. Dan kau…. Berdo’alah agar kau segera mendapatkan kawan yang sepemikiran denganmu.(dengan melangkah pergi)


Yunda : itu kau, bu nyai ( bu nyai menoleh namun acuh )


Dwi muncul menghampiri Yunda ( senyum )


Dwi : sudah….. tak perlu kencang lagi kau berdebat dengannya. Percuma. Empunya mulut memble itu tak pernah mau menggubris kata-kata mu maupun lawan bicaranya. Better study?! (menawarkan)


Yunda : aku tak mau seperti orang pintar. Selalu di kekang, walau kau bilang aku punya segalanya, belum tentu akan juga menemaniku selamanya. Aku hanya ingin kebahagiaan dan kedamaian disini dan disini ( sambil menunjuk otak dan hati )


Dwi : bukankah dulu kau bilang padaku,kau ingin seperti ahmad dahlan, jernih dengan pemikirannya, ingin seperti kartini, pembangkit semangat para wanita, ingin seperti….(terpotong oleh Yunda)


Yunda : diriku sendiri.


Dwi : ada apa denganmu, sahabatku? Apa kini hatimu sudah tak mengenal untuk menuntut ilmu?


Yunda : menurutmu, sekarang aku tak lagi menuntut ilmu?, begitu? Kau salah besar Dwi.


Dwi : lalu? Apa yang membuatmu selalu nlindur ngalor-ngidul gak jelas seperti ini? O……………apa kau memikirkan celenganmu yang hilang?


Yunda : bukan hanya sekedar itu. Bahkan usaha mendapatkan celengan itupun kini menjadi sia-sia belaka.


Dwi : nah….apa ku bilang, benar kan?


Yunda : apa yang kau bilang?


Dwi : kau itu tak pernah dalam mujur satu bab saat bicara. Gak ada tujuan.


Yunda : tapi,,bukankah kau yang memulainya? Ya….aku hanya menginginkan kedamaian, disini, dan disini(menunjuk otak dan hati). Karena kedamaian itu hanya terletak antara keduanya.


Tiba – tiba Putri muncul


Dwi : sudah sadarkah kau rupanya???


Putri : iya, memang benar. Kedamaian itu ada disini dan disini ( menunjuk otak dan hati ) dan bukan disini (sambil menunjuk perut )


Dwi : apakah kau sudah tahu tentang hal itu?


Putri : tak sekedar mengetahuinya. Bahkan aku pernah menjadi korban keganasan ketidak adaan kedamaian itu.


Dwi : lalu???


Putri : ya….lalu sekarang aku seperti ini. Seperti yang kalian lihat sekarang ini.


Dwi : memang, yang sekarang ini kau seperti apa? Bukankah sama saja antara kau kemarin dan kau yang hari ini?


Putri : tidakkah kau mengenaliku?


Dwi : bukankah kau yang tidur didekatku saat itu? Saat aku dalam kebingungan dengan omongan teman cantikku satu ini (menunjuk Yunda, yunda melamun)


Putri : akhirnya kau mengenaliku juga.


Dwi : ya…. Ada yang beda.. aku mulai menyadarinya.


Putri : menurutmu?


Dwi : kalau kemarin kau datang dengan mata terpejam, sekarang kau datang di hadapanku dengan keadaan mata yang sudah membuka,. Hahahah….


Putri : siapakah gerangan( menunjuk Yunda )


Dwi menyadarkan yunda dari lamunannya. Yunda tersentak kaget.


Putri : siapakah gerangan?


Yunda : perkenalkan, aku adalah aku dan diriku.


Putri : yayaya..aku mengerti apa maksudmu.


Si kumis lebat keluar sambil mencari-cari Pak Yai dengan masih membawa pedang di tangannya. Yunda, Putri, Dwi seperti was-was. Tak berapa lama kemudian, Pak Yai keluar lalu memohon ampun pada Si kumis lebat itu.


Pak Yai : (jongkok) ampun bang, ampun.. jangan bunuh saya. Saya sungguh khilaf. Ini semua ide si senteng itu. (berdiri) heh…senteng…keluar kau! jangan bisanya Cuma ngemeng – ngemeng di belakang saja. Banci kau!


Si kumis : eh……brengsek keluar tak yek! Kalau kau gak cepat keluar, pedang ini hendak ku tancapkan ke perut temanmu yang suci ini tak yek!!.. keluar kau, tak yek!


( sedangkan putri, yunda dan dwi masih dengan perasaanya dan memilih mojok ketakutan)


Si kumis : hey…kalian kenapa diam saja tak yek. Mana si senteng itu tak yek.


Yunda : (memberanikan diri untuk berbicara) jangan kau sebut dia si senteng. Yang kau sebut itu punya nama. Dan yang pasti namanya bukan si senteng..


Si kumis : (mendekati Yunda)berani kau sama aku tak yek.


Dwi & Putri : kami….kami sungguh ,kami tak tahu. A….ampuni kami.


Si kumis : ampuni gundulmu tak yek. Pokoknya aku akan incar kalian berempat takyek, sebelum kalian bisa mambawa padaku si senteng itu tak yek. Ku bunuh kalian takyek.


Dwi, Putri & Yunda mengampun –ampun dan ketakutan mendengar ancaman si kumis.


Tiba – tiba Bu Nyai dan Si senteng masuk arena dengan kondisi si senteng diseret oleh Bu nyai.


Si kumis : kau tak yek !( ke Bu Nyai ). Heh…kau, kau bohong padaku tak yek. Sekarang nasi telah manjadi bubur tak yek! Serahkan kawanmu itu takyek! Kalau tidak, kau sendiri yang akan ku bunuh tak yek.


Tiba – tiba Parto berdiri,


Parto : hahahaha………..bunuh saja aku. Karena aku tak ingin seperti kau. Yang telah mati dalam kehidupanmu sendiri. Ayo bunuh!! Tunggu apa lagi?


Pak Yai pun datang menyerahkan diri.


Pak Yai : jangan! Jangan bunuh dia! Di tak salah.


Parto : hey….kau bertiga sama saja ( sambil menunjuk Pak Yai, Bu Nyai dan Si kumis). Sama – sama pengecut. Apa kalian tak sadar? Kalian sudah hamper bau tanah. Padahal kalian sama-sama lulusan perkuliahan, punya gelar tinggi di negeri ini bahkan pula di negeri orang. Tapi lihat! Kalian hanya menginginkan status, jabatan. Dan kau ( si kumis ) wahai si pembawa pedang panjang, tidakkah sedikitpun kau memiliki urat malu dengan kemana- mana membawa pedang ini?. Perangaimu buruk. Apa kalian semua juga tak punya sedikitpun urat malu atau bahkan urat itu telah kau putus sendiri dengan pedangmu, dilihat anak- anak kecil itu? Bagaimana mereka bisa sukses nantinya, kalau saja teladannya seperti kau, kau dan kau.


Dwi berdiri,dan mengangkat suara


Dwi : ya.. sekarang aku menemukan jawabannya. Mengapa selama ini kau tak mau sekolah seperti aku. Hahahahaha………ternyata pengalaman hidup lebih banyak namun juga tak kalah berarti.


Bu nyai : iya,, memang benar. Sesungguhnya aku pun juga ingin hidup lebih lama lagi, untuk membimbing otak dan hatiku.


Si kumis : otak dan hati? Punyakah kau keduanya? Selama ini kau hanya hidup dengan amarahmu.


Bu nyai : apa kau bilang? Amarah?(dengan nada marah)


Si kumis : nah..itu,, apa namanya jika bukan amarah tak yek. Tidak bisakah kau sedetik saja tidak mengajak amarahmu kemanapun kau pergi tak yek.


Pak yai : karena dihatinya dan difikirannya hanya ada itu, jadi sangat dan mustahil sekali jika ia tak membawanya kemana-mana.


Putri : mimpi hanya ada dalam kehidupan. Kehidupan pun akan berakhir, sebentar lagi, akhirat pun memanggil. Jadi mengapa kita harus dan masih memperdebatkan masalah seperti ini? Bukankah kita punya pedoman untuk mengatasi ini tanpa berbulet-bulet?


Pak yai : tanpa berbulet pun kita bisa mengatasinya, kan??


Yunda : mungkin benar.


Si kumis : apa yang benar,takyek??


Yunda : mencari pedoman untuk kehidupan.


Si kumis : haruskah ada jalan, takyek?


Yunda : jalan sudah ada. Hanya saja cara setiap manusia itu berbeda-beda untuk melewati jalan tersebut. Apakah tiada arti dalam ucapanku bagi kalian??


Bu nyai : mungkin sepertinya begitu. Namun perkataanmu sungguh melampui seorang professor sekalipun.


Yunda : syukur jika adanya seperti itu


Parto : memang, perlu bersyukur. Kalian menganggapku senteng. Bahkan kalian menyebutku seperti itu. Aku tak kan pernah sakit hati untuk mendengarnya. Karena aku seperti anak ini, Yunda, yang mencari – cari kedamaian hidup selama ini. Tak ingin ku sia-siakan sisa hidupku ini. Jika saat itu aku ngelantur, aku hanya membuat diriku merasa damai dengan amarah.


Muncul seorang penari beriringan music dengan menari mengitari pemain.


Dan tanpa disadari semua pemain mengikuti gerakan tari di belakangnya.


Hingga beberapa saat kemudian, semuanya pingsan tak sadarkan diri.


@@@ THE END @@@


By: enda_d@ymail.com


AKTOR :


<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->DWI


<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->YUNDA


<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->PUTRI


<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->PARTO


<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->BU NYAI


<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->PAK YAI


<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->SI KUMIS

my pet


www.spacezapper.com